Buni Yani, jika dilihat dari wajahnya rasanya sangat sulit untuk menjelaskan figur wajah yang tampak kelihatan penuh kemunafikan dan kebohongan yang kemungkinan besar terjadi dari atas membenci dan kegiatan provokator yang mungkin juga telah menjadi hobbynya sehari-hari.
Bagaimana tidak Buni Yani yang merupakan lulusan dari Amerika ini tercatat juga sebagai dosen mencerminkan tindakan yang lebih rendah dari kalangan tidak berpendidikan. Mengutip suatu berita, memotong scriptnya dan meminta maaf karena tidak menyangka akan membawa dampak yang begitu luas di kalangan masyarakat hanya karena menghilangkan satu kata.
Selain terindikasi berhubungan dengan salah satu calon di pilkada DKI, yang tentu menunjukkan adanya urusan-urusan politik di belakang postingan Buni Yani yang sebenarnya cenderung menggunakan isu SARA, untuk menjatuhkan Ahok.
Dengan nada seperti ingin menangis di sebuah acara stasiun Televisi, Buni Yani, tampak kelihatan tidak banyak bicara sebagaimana dirinya sering menyampaikan unek-uneknya di Media sosial bahkan hingga saat ini, silahkan cek facebooknya di facebook.com/buniyani
Buni Yani, bukan hanya sekali ini saja menjadi provokator, dia juga pernah memelintir tafsir Prof Quraish Shihab soal Nabi tidak dijamin masuk surga karena amalnya, dan perkataan Syaih Ahmad Badruddin bahwa dia menyerukan pembantaian rakyat Alleppo.
Provokasi ini tidak menyulut banyak lapisan termasuk para geng sumbu pendek. Orang-orang yang sudah tidak bisa menilai dengan jernih mengenai makna dari pembohongan versus kebenaran sejati.
Dengan reaksi yang muncul, Buni Yani yang awalnya tampak tidak berdaya, kemudian mulai berani dengan adanya pergerakan Penjarakan Ahok, Buni Yani yang sebelumnya menyatakan minta maaf tampak merubah sikapnya dengan mengatakan dirinya tidak minta maaf bahwa dia bersalah, dia hanya minta maaf hanya karena menghilangkan satu kata pada script video ahok yang membawa dampak luas. Bahkan Buni Yani menyatakan dengan mantap bahwa kebebasan berpendapat diatur dalam pasal 28 UUD 1945.
Sudah berani, semakin kurang ajar pula. Serasa tidak mengerti bahwa tindakannya telah membuka pintu-pintu radikalisme halus dengan alasan untuk membela agama yang sebenarnya sangat penuh intrik politik tidak sehat menjual SARA.
Kini muncul berbagai wacana, seperti jika anda tidak ikut serta memenjarakan Ahok, berarti anda tidak membela agama. Padahal dengan hati yang sejati, Ahok tidak pernah memelintir ayat-ayat alquran apalagi menistakannya. Bahkan ada pula yang membawa kisah-kisah mengenai burung pipit dan cicak yang berusaha memadamkan api versus menyalakan api, dan Allah akan mencatat di pihak mana kita dalam penistaan agama.
Bagaimana tidak Buni Yani yang merupakan lulusan dari Amerika ini tercatat juga sebagai dosen mencerminkan tindakan yang lebih rendah dari kalangan tidak berpendidikan. Mengutip suatu berita, memotong scriptnya dan meminta maaf karena tidak menyangka akan membawa dampak yang begitu luas di kalangan masyarakat hanya karena menghilangkan satu kata.
Selain terindikasi berhubungan dengan salah satu calon di pilkada DKI, yang tentu menunjukkan adanya urusan-urusan politik di belakang postingan Buni Yani yang sebenarnya cenderung menggunakan isu SARA, untuk menjatuhkan Ahok.
Dengan nada seperti ingin menangis di sebuah acara stasiun Televisi, Buni Yani, tampak kelihatan tidak banyak bicara sebagaimana dirinya sering menyampaikan unek-uneknya di Media sosial bahkan hingga saat ini, silahkan cek facebooknya di facebook.com/buniyani
Buni Yani, bukan hanya sekali ini saja menjadi provokator, dia juga pernah memelintir tafsir Prof Quraish Shihab soal Nabi tidak dijamin masuk surga karena amalnya, dan perkataan Syaih Ahmad Badruddin bahwa dia menyerukan pembantaian rakyat Alleppo.
Provokasi ini tidak menyulut banyak lapisan termasuk para geng sumbu pendek. Orang-orang yang sudah tidak bisa menilai dengan jernih mengenai makna dari pembohongan versus kebenaran sejati.
Dengan reaksi yang muncul, Buni Yani yang awalnya tampak tidak berdaya, kemudian mulai berani dengan adanya pergerakan Penjarakan Ahok, Buni Yani yang sebelumnya menyatakan minta maaf tampak merubah sikapnya dengan mengatakan dirinya tidak minta maaf bahwa dia bersalah, dia hanya minta maaf hanya karena menghilangkan satu kata pada script video ahok yang membawa dampak luas. Bahkan Buni Yani menyatakan dengan mantap bahwa kebebasan berpendapat diatur dalam pasal 28 UUD 1945.
Sudah berani, semakin kurang ajar pula. Serasa tidak mengerti bahwa tindakannya telah membuka pintu-pintu radikalisme halus dengan alasan untuk membela agama yang sebenarnya sangat penuh intrik politik tidak sehat menjual SARA.
Kini muncul berbagai wacana, seperti jika anda tidak ikut serta memenjarakan Ahok, berarti anda tidak membela agama. Padahal dengan hati yang sejati, Ahok tidak pernah memelintir ayat-ayat alquran apalagi menistakannya. Bahkan ada pula yang membawa kisah-kisah mengenai burung pipit dan cicak yang berusaha memadamkan api versus menyalakan api, dan Allah akan mencatat di pihak mana kita dalam penistaan agama.
Ini Pelaku Provokator SiPemotong Video Pidato Ahok, Bun Yani Yang Bebas Dari Sorotan Media Dan Hukum
4/
5
Oleh
Unknown